Namaku Revy Sugesti. Aku lahir di Ciamis pada 20 Januari
1993.
Aku dibesarkan oleh keluarga kecilku dengan penuh perhatian,
cinta dan kasih sayang layaknya anak-anak lain pada umumnya. Masa kanak-kanakku
bisa dibilang cukup bahagia. Orang tuaku selalu mengajarkanku agar aku tidak
sombong dan selalu rendah hati dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Meski
terkadang tangisan manjaku tak pernah mereka hiraukan aku tau semua itu adalah
pelajaran menuju kedewasaan buatku.
Aku termasuk orang yang gak pandai bergaul. Tapi
bukan berarti aku gak punya temen. Sehari-hari aku menghabiskan waktuku untuk
sekedar berdiam diri dirumah. Sepulang sekolah aku biasa pulang tepat waktu
sesuai pesan mama. Aku lebih suka melakukan hal-hal yang orang lain pikir itu
adalah hal yang sangat membosankan salah satunya membaca dan menemani mama
memasak. Itulah sebabnya orang-orang sering memanggilku “anak rumahan” atau
tepatnya “anak mama”. Aku gak pernah menghiraukan cap itu menempel padaku,
karena memang aku dan mama sangat dekat. Selain karena beliau adalah ibuku,
mama juga termasuk tempat yang pas buat mencurahkan semua rasa hatiku. Bagiku,
mama adalah sosok yang selalu ada buat aku dalam suka dan duka. Cuma mama yang
mengerti aku. Tapi bukan berarti aku gak dekat sama bapakku. Bapakku seorang
yang sangat bijksana, pemimpin yang baik buat keluargaku, perhatiannya terhadap
keluarga sangat besar, terlebih pada mama, aku dan adikku, Wega. Bapak ga
pernah bedain kasih sayang dan perhatiannya pada kami, begitu pula mama. Mereka
selalu mendukung setiap apa yang aku lakukan selama itu ada manfaatnya dan buat
aku bahagia.
Kebersamaan ditengah keluarga menjadi suatu hal
yang sangat aku rindukan saat ini. Status mahasiswa yang membuat aku harus
berpisah dengan kehangatan keluarga.
Setiap kali aku rindu keluargaku, aku hanya bisa
menangis. Awalnya hampir setiap hari aku menangis setiap kali aku inget mereka.
Tapi sekarang aku sadar, semua itu ga ada gunanya, cuma buang-buang energi, dan
yang ada mataku bengkak kalau hal itu aku lakukan setiap hari, setiap tangisku
aku pikir hanya sia-sia. Percuma saja aku
menangis sekeras apapun, sebanyak dan sederas apapun air mataku mengalir, toh
mereka gak akan denger.
Yang selalu menjadi obat rinduku, handphone dan
foto keluargaku. Tapi ada satu hal yang lebih dari semua itu, yaitu pesan kedua
orangtuaku
“teteh harus kuat dan bisa
jaga diri jauh dari mama-bapak karena itu hal yang teteh inginkan buat kuliah,
kami disini selalu berdoa dan mendukung apa maumu demi kebaikan masa depanmu.
Teteh harus bisa jaga nama baik keluarga, jangan buat mama-bapak kecewa, jangan
malas solat dan buktikan pada kami kalau teteh mampu jadi anak yang berguna
bagi kami, kami yakin teteh bisa buat kami bangga dan mampu wujudkan harapan
kami”
Setiap aku ingat kata-kata itu, bukan lagi
tangisan manja yang ingin aku lakukan tapi aku semakin yakin untuk berubah dan
berusaha menjdi lebih baik, mewujudkan harapan mereka.
*karena aku bukan anak kecil
lagi!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar