LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN II
Taraf Intensitas Bunyi
di
Lingkungan MIPA UNSOED
Disusun
oleh:
Nama
|
:
|
Aziz
Ahmad
Revy Sugesti
Hanur Hapsari
Dwi Andrianto
|
(H1E011001)
(H1E011005)
(H1E011034)
(H1E011049)
|
|
Hari/Tanggal
|
:
|
Jumat/20 Mei 2014
|
||
Asisten
|
:
|
Nur Afifah Zein
|
||
D E P A R T E M E N P E N D I D I K A N N A S I O N A L
U
n i v e r s i t a s J e n d e r a l S o e d i r m a n
Program Sarjana MIPA Jurusan
Fisika
P
u r w o k e r t o
2
0 14
Aziz Ahmad (H1E011001), Revy Sugesti
(H1E011005), Hanur Hapsari (H1E011034), Dwi Andrianto (H1E011049)
ABSTRAK
Percobaan
Taraf Intensitas Bunyi telah pada hari
Jumat tanggal 30 Mei 2014, di
Lapangan Karangwangkal,
Purwokerto Utara. Percobaan ini bertujuan menentukan
taraf intensitas bunyi dari sumber bunyi (sirine), serapan energi gelombang
bunyi di udara, dan hal-hal yang mempengaruhi penjalaran gelombang bunyi.
Hasil dari percobaan ini antara lain nilai I pada r2
0,298566879; r5 0,047770701; r10 0,01194268; r20
0,002985669; r30 0,00132696; dan r50 0,000746417 (W/m2).
Nilai TI pada r2 114,7504163; r5 106,7916161; r10
100,771016; r20 94,75041628; r30 91,2285911; dan r50
88,72981637 (dB). Nilai-nilai tersebut berbanding lurus dengan jarak. Nilai
taraf intensitas dipengaruhi oleh kecepatan angin, suhu dan kelembaban, serta
sumber bunyi latar pada lokasi pengukuran. Kontur yang diperoleh juga
bergantung oleh jarak, yang berpusat di tengah (sumber bunyi).
Kata kunci:
taraf intensitas bunyi, gelombang bunyi, kontur taraf intensitas.
ABSTRACT
Levels
of Sound Intensity Experiment have been done on Friday (May, 30th 2014) in Field
Karangwangkal, North Purwokerto. The purpose of this experiment are to determine level of sound intensity from sound source
(siren), absorption of energy of wave of sound on the air, and the things
spreads influencing of sound wave.
Result
from this experiment are value of I in r2 0,298566879; r5
0,047770701; r10 0,01194268; r20 0,002985669; r30
0,00132696; dan r50 0,000746417 (W/m2). Nilai TI pada r2
114,7504163; r5 106,7916161; r10 100,771016; r20 94,75041628;
r30 91,2285911; and r50 88,72981637 (dB). The values compare
diametrical with distance. Assess level of intensity influenced by wind speed,
temperature and dampness, and also source of sound of background at measurement
location. Contour obtained also hinge by distance, centering in the middle of
(sound source).
Keyword: level of sound intensity, sound wave, contour
of intensity level.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dugaan bahwa bunyi merupakan sebuah fenomena gelombang berawal dari
pengamatan gelombang-gelombang air. Perilaku bunyi yang memperlihatkan gejala
yang sama denagn gelombang dicetuskan oleh philosof Yunani Chrysippus (240 SM),
arsitek dan insinyur Romawi Vetruvius (25 SM), dan philosof RomawiBoethius
(480-524). Pernyataan yang sama dicutuskan oleh Aristoteles (384-322 SM) yang
menyatakan bahwa pengaruh yang menggerakan udara dibangkitkan oleh adanya
sebuah sumber yang bergetar.
Bunyi sering dikaitkan dengan indra pendengaran beserta fisiologi telinga
dan otak. Gelombangbunyi mampu menginterpretasikan sesuatu yang datang ke
telinga. Intensitas bunyi yang dapat didengar oleh telinga hanya berkisar
20-20000 Hz. Jika terlalu kecil atau terlalu besar, maka telinga tidak dapat
menangkapnya (mendengar). Agar penggunaan bunyi sesuai dengan daya tangkap
telinga (khususnya telinga manusia), maka diperlukan pengukuran intensitas
bunyi.
B. Tujuan
1.
Menentukan taraf intensitas bunyi dari sumber bunyi (sirine/klakson)
2.
Menentukan serapan energi gelombang bunyi di udara
3.
Menentukan hal-hal yang berpengaruh pada penjalaran
gelombang bunyi
4.
Membuat peta sebaran intensitas bunyi
II. DASAR TEORI
Bunyi adalah salah satu gelombang, yaitu gelombang longitudinal.
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar atau
berimpit dengan arah getarnya. Bunyi sebagai gelombang mempunyai sifat-sifat
sama dengan sifat-sifat dari gelombang yaitu :
a.
Dapat dipantulkan (refleksi)
Bunyi dapat dipantulkan terjadi
apabila bunyi mengenai permukaan benda yang keras, seperti permukaan dinding
batu, semen, besi, kaca dan seng.
b.
Dapat dibiaskan (reflaksi)
Refiaksi adalah pembelokan arah
linatasan gelombang setelah melewati bidang batas antara dua medium yang
berbeda.
c.
Dapat dipadukan (interferensi)
Seperti halnya interferensi cahaya,
interferensi bunyi juga memerlukan dua sumber bunyi yang koheren.
d.
Dapat dilenturkan (difraksi)
Difraksi adalah peristiwa pelenturan
gelombang bunyi ketika melewati suatu celah sempit. (Halliday & Resnick, 1989)
Bunyi terjadi jika terpenuhi tiga syarat, yaitu :
1.
Sumber Bunyi
Benda-benda yang dapat menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi. Contoh
sumber bunyi adalah berbagai alat musik, seperti gitar, biola, piano, drum,
terompet dan seruling.
2.
Zat Perantara (Medium)
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang tidak tampak. Bunyi
hanya dapat merambat melalui medium perantara. Contohnya udara, air, dan kayu.
Tanpa medium perantara bunyi tidak dapat merambat sehingga tidak akan
terdengar. Berdasarkan penelitian, zat padat merupakan medium perambatan bunyi
yang paling baik dibandingkan zat cair dan gas.
3.
Pendengar
Bunyi dapat didengar apabila ada pendengar. Manusia dilengkapi indra pendengar,
yaitu telinga sebagai alat pendengar. Getaran yang berasal dari benda-benda
yang bergetar, sampai ke telinga kita pada umumnya melalui udara dalam bentuk
gelombang. Karena gelombang yang dapat berada di udara hanya gelombang
longitudinal, maka bunyi merambat melalui udara selalu dalam bentuk gelombang
longitudinal. Kita perlu ingat bahwa gelombang longitudinal adalah perapatan
dan perenggangan yang dapat merambat melalui ketiga wujud zat yaitu : wujud
padat, cair dan gas. (Gar87')
Bunyi atau suara dapat terdengar karena adanya gangguan yang menjalar ke
telinga pendengar. Cepat rambat gelombang adalah kecepatan gelombang suara
ketika berjalan menembus medium. Kecepatan ini dipengaruhi oleh sifat dan
kerapatan medium yang dilaluinya. (Wihantoro,
2000)
Pada medium yang sama, cepat rambat gelombang akan sama walaupun
frekuensinya berbeda. Dalam medium gas (udara) pada umumnya gelombang bunyi
mempunyai kelajuan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
dengan p menyatakan tekanan tak tergantung dan g
adalah cp/cv, yaitu rasio kalor jenis gas pada volume
tetap. Untuk gas dwiatomik seperti oksigen, nitrogen dan udara, nilai g nya
adalah 7/5 atau 1,4.
Intensitas gelombang bunyi di suatu
titik didefinisikan sebagai laju garis gelombang bunyi rata-rata yang
diasumsikan sebagai laju garis gelombang bunyi rata-rata yang ditransmisikan
dalam arah tertentu melalui satu satuan luasan yang tegak lurus. Intensitas
gelombang bunyi (I) secara matematis dinyatakan sebagai:
dengan I =
Intensitas (watt/m2), A = luasan yang melingkupi sumber (m2)
dan
W = daya (watt)
Intensitas suatu sumber gelombang bunyi juga bergantung pada jenis atau
tipe sumber tersebut. Untuk sumber yang berbentuk titik, misalnya sumber berupa
mesin, pesawat atau pabrik, intensitas gelombang tersebut merupakan fungsi
jarak r dari sumber tersebut, yaitu:
Kekerasan gelombang bunyi atau taraf intensitas bunyi biasanya dinyatakan
dalam satuan decibel (dB), yaitu:
dengan I =
intensitas dan I0 = intensitas ambang (10-12
W/m2) (Hartono, 2006)
A. Waktu Dan Tempat
Percobaan Taraf Intensitas Bunyi telah pada hari Jumat tanggal 30 Mei 2014, bertempat di Lapangan Karangwangkal,
Purwokerto Utara.
B. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan antara lain:
1. Sound level meter (SLM)
2. Annemometer
3. Termometer
4. Higrometer
|
5. Batterai
6. Sirine
7. Meteran pita 50 m.
|
C. Cara Kerja
- Meletakkan sumber bunyi (sirine) di tengah-tengah lapangan.
- Mengukur jarak ke Barat, Timur, Utara dan Selatan dengan variasi 2, 5, 10, 20, 30 dan 50 m dari sumber bunyi.
- Mengukur dan mencatat suhu dan kelembaban udara.
- Menghidupkan sumber bunyi dengan volume maksimum.
- Mengukur dan mencatat sumber bunyi latar (sebelum sirine dibunyikan) dengan sound level meter.
- Mengukur dan mencatat taraf intensitas bunyi sirine dengan sound level meter.
- Mengukur dan mencatat kecepatan angin.
- Mengulangi langkah 4 - 6 sebanyak 3 kali.
- Membuat peta kontur dari hasil pengukuran dengan program surfer.
D. Flow Chart
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas gelombang bunyi
r
|
2
|
5
|
10
|
20
|
30
|
40
|
I
|
0,298566879
|
0,047770701
|
0,01194268
|
0,002985669
|
0,00132696
|
0,000746417
|
TI
|
114,7504163
|
106,7916161
|
100,771016
|
94,75041628
|
91,2285911
|
88,72981637
|
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa nilai taraf intensitas bunyi
berbanding lurus dengan jarak. Semakin jauh letak alat ukur, maka
tarafintensitasnya akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin dekat letak alat
ukur, maka tarafintensitasnya akan semakin besar.
Dari hasil percobaan dapat dibuat kontur
taraf intensitas bunyi seperti pada Gambar 1 dan 2 :
Gambar 1. Kontur 2 Dimensi Taraf Intensitas Bunyi
Gambar 2. Kontur 3 Dimensi Taraf Intensitas Bunyi
Dari kontur yang dihasilkan dapat diketahui bahwa nilai
taraf intensitas bunyi yang tinggi berada pada pusat (tengah), semakin menjauh
dari pusat, nilai taraf intensitasnya semakin kecil. Distribusi sebaran nilai
taraf intensitas yang tidak merata, dikarenakan adanya beberapa faktor, yaitu
kecepatan angin, temperatur dan kelembaban serta keadaan medium yang
dilaluinya. Gelombang bunyi frekuensi tinggi akan terserap oleh atmosfer lebih
banyak dari pada gelombang frekuensi rendah. Jumlah penyerapan gelombang bunyi
oleh atmosfer ini juga bergantung pada temperatur dan kelembaban. Faktor lain
yang menyebabkan kurang sempurnanya kontur yang didapat adalah kebisingan latar
yang terdapat di lokasi penelitian cukup tinggi. Karena lokasi penelitian dekat
dengan jalan dan berada di kawasan pemukiman padat penduduk. Berikut merupakan
grafik hubungan jarak (delapan arah mata angin) dengan nilai taraf intensitas
bunyi :
V. KESIMPULAN
Dari perhitungan dan pembahasan didapat nilai tarafintensitas bunyi
sebagai berikut:
r
|
2
|
5
|
10
|
20
|
30
|
40
|
I
|
0,298566879
|
0,047770701
|
0,01194268
|
0,002985669
|
0,00132696
|
0,000746417
|
TI
|
114,7504163
|
106,7916161
|
100,771016
|
94,75041628
|
91,2285911
|
88,72981637
|
Hal-hal yang mempengaruhi penjalaran gelombang bunyi antara lain
kecepatan angin, suhu dan kelembaban, keadaan medium yang dilaluinya, serta
sumber bunyi latar pada lokasi pengukuran.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa percobaan
Taraf Intensitas Bunyi berhasil dilakukan.
Gar87'.
(t.thn.). Dipetik Mei 31, 2014, dari Ilmu Inspirasi Perubahan:
gara87.wordpress.com
Halliday, D., & Resnick, R. (1989). Fundamental
of Physics (3rd ed.). USA: John Wiley and Sons, inc.
Hartono, d. (2006). Modul praktikum
Fisika Eksperimen II. Purwokerto: UNSOED.
Wihantoro, d. (2000). Laporan Hasil
Penelitian Pengukuran Cepat Rambat Gelombang Bunyi di Udara dengan Bantuan
Audio Vibrator dan Cathode Ray Osciloscope (CRO). Purwokerto: UPT MIPA
UNSOED.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar